Pantatku sakit


Daniel, apa ketertarikanmu padaku?” Tanya dia lagi. “Memang, tapi kamu punya kecantikan tersendiri, ada yang membuatku tertarik padamu” pujiku. Sepertinya dia sedang tersenyum. “Tapi, bukankah banyak gadis lain yang lebih muda dariku yang lebih cantik dariku.” Katanya. “Aku tertarik melihat tubuhku” jelasku. Lalu aku melihatnya terus tersenyum dengan wajah merah dan dia terdiam beberapa saat. Dia jelas sangat malu dengan pengakuan berani saya. "Daniel, aku hanya ingin tahu.. kenapa?" Kak Ida bertanya lagi. Aku hanya diam dan menunggu apakah dia memang menginginkan jawabanku. "Tadi aku lihat Daniel berbalik hendak memberiku tumpangan kan? Mengapa?" Tanya Kak Ida. Di tengah perjalanan saya sengaja melaju pelan-pelan agar punya banyak kesempatan untuk mengejar wanita itu. Saya memperkenalkan diri dan dia juga memperkenalkan dirinya. Namanya Ida. Anak yang tertidur di pangkuannya adalah anak keduanya dan berusia 1 setengah tahun. Dia hanya berjalan-jalan melihat barang-barang murah di toko. Tiba-tiba dia menanyakan pertanyaan yang saya tunggu-tunggu.
Saya segera berbelok 'U' dan melewati jalan itu lagi dan saya melihat wanita itu menunggu di halte bus. Aku menghentikan mobil dan menurunkan kaca spion mobil. Aku memanggilnya dan wanita itu segera bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke arahku sambil menggendong putranya yang masih kecil dan tertidur lelap. Aku melihat sosoknya dari dekat dan kulihat bukitnya tidak terlalu besar, namun yang menarik perhatianku adalah bentuk tubuhnya yang dibalut kain satin hitam ketat itu. Aku bisa melihat pahanya yang montok dan pipinya yang montok. Berkali-kali saya menelan ludah. Aku bertanya kemana dia akan pergi, dia bilang dia akan pulang ke Taman X, aku tahu di mana tempat itu, jadi aku mengajaknya masuk ke dalam mobil dan ingin mengantarnya pulang sementara aku mengungkapkan kekhawatiranku kepada putranya yang sedang tidur. Wanita itu menerima undangan saya dan masuk ke mobil. Saat dia hendak masuk aku bisa melihat tubuhnya dari samping dan aku bisa melihat punggungnya dari samping dan itu benar-benar membuatku terkesiap. Tubuhnya yang montok memiliki paha montok serta pantat yang gagah dan montok sekaligus membuat penisku serasa mau meledak di celanaku.








Setelah menghentikan mobil, aku berusaha mendekatinya agar mudah bagiku untuk berciuman dan melakukan aktivitas selanjutnya namun dia dengan cepat mendorongku menjauh dan berkata, “Aku hanya ingin melakukannya dengan tanganku. Saya tidak bersedia melakukan lebih dari itu" ucapnya. Aku menghentikan mobilku di pinggir jalan dan di bawah pohon sehingga kondisi yang gelap dan remang membuat orang yang menggunakan jalan sulit melihat apa yang aku lakukan di dalam mobil. Mobil saya sebenarnya telah diwarnai dengan warna perak. Setelah aku mandi dan mengelus tangannya dengan lembut, kuletakkan telapak tangannya di tonjolan penisku. Dan aku meraih tangannya sehingga dia meraih penisku dari luar celanaku. Saat aku melepaskan genggamanku, dia sepertinya masih memegangnya dan yang lebih seru lagi, dia sedang mengelus-elus penisku yang keras di dalam celananya. Saat aku menyadari umpanku telah mengenai sasaran, aku terus mencari tempat yang cocok untukku berhenti dan melanjutkan ke langkah berikutnya. Butuh waktu lama bagiku untuk membelai paha montoknya yang dibalut kain satin hitam ketat, lalu tanganku merangkak menemukan tangannya yang diletakkan di atas anaknya, sambil mataku menatap ke arah jalan yang kulalui. Saya mendapatkan tangannya, saya meraihnya dan membawanya ke paha saya. Aku menoleh padanya dan dia tampak hanya diam menatap mataku. Kak Ida masih diam. Aku semakin bernafsu melihat paha montoknya yang bergetar setiap kali aku menabrak lubang kecil di jalan. Saya berani memegang pahanya dan membelainya dengan lembut. Sepertinya dia terus menoleh ke arahku namun tangannya tidak menepis tanganku, malah dia masih menggendong anaknya yang masih tertidur di pangkuannya. “Kak, apa kabar?” tanyaku pasti. Kak Ida tampak diam dan memalingkan muka dari jendela seolah tak peduli dengan perkataanku. “Baiklah Kak, bagaimana kalau selama perjalanan menuju rumahku, aku menggosok dan membelai konikku, sebagai imbalannya aku mengirimkannya kembali.” Pintaku. Lalu saya mengerti. “Tidak mungkin, tetanggaku semua orang Melayu, nanti dia bilang apa.” Cahaya. “Tidakkah mungkin sekali saja? tanyaku lagi. "Tidak bisa, aku bukan tipe orang yang berpikir seperti Daniel" ucapnya menutup lamunanku. "Kalau kamu bersedia, bolehkah aku menemanimu ke rumahmu nanti?" Pintaku
Kak Ida tampak menatap tonjolan di celanaku dan dia hanya tersenyum.













“Apakah kamu ingin meninggalkan anak-anakmu sendirian di rumah?” tanyaku heran. "Tapi Daniel harus mengantarku kembali dulu, aku ingin menidurkan anakku lalu kita keluar lagi ke sini" ucapnya memberi saran. Sepertinya saya punya kesempatan untuk membuatnya lagi dan semoga kali ini saya mendapatkan yang lebih baik. “Jika Daniel menginginkan lebih dari itu, saya sungguh tidak bisa memberikannya. Tapi kalau Daniel menginginkannya lagi, aku bisa melakukannya" ucapnya sambil matanya menatap penisku yang layu. “Puas sedikit, kalau bisa lebih dari itu, lebih baik lagi” ucapku sambil membiarkan batangku masih mencuat dari celah resleting yang semakin layu. "Bagaimana? Apakah Daniel puas? Bolehkah aku mengirimmu kembali?" tanya kakak Ida sambil tersenyum dan membersihkan tangannya dari sisa air mani yang menempel menggunakan tisu yang dibawanya. Kak Ida kemudian melepaskan tangannya dan aku terus mundur dan duduk kembali di kursi pengemudi. Sepertinya air maniku telah membasahi pahanya yang dibalut kain satin hitam ketat. Dia sepertinya membiarkan pahanya basah oleh air mani saya. Dia hanya diam dan matanya menatap mataku dengan senyum menggoda di mulutnya dan akhirnya aku menyemprotkan air maniku ke pahanya yang montok. Tangannya masih melakukan masturbasi pada penisku saat aku menyemprotkan air maniku membuatku sedikit menggigil kenikmatan. “Kaakk, aku ingin sekali ejakulasi..” ucapku penuh nafsu. Aku kemudian menyandarkan tubuhku ke arah tubuhnya dan aku mendekatkan tubuhku ke tubuhnya secara perlahan agar anaknya tidak terbangun. Tampaknya kakak Ida tidak keberatan dan kakak Ida melakukan masturbasi penisku di pahanya dengan cepat menambah gairahku sementara tanganku membelai perutnya dan gundukan vertikalnya. “Ejakulasi,” ucapnya lirih seolah mendorong nafsuku untuk memuntahkan air maniku. "Kak Ida, ahh.. enak sekali.. Daniel mau ejakulasi sayang. ucapku setelah hampir 5 menit terbuai dengan kelezatannya.
Aku yang sedang asyik memandangi seluruh sudut tubuhnya yang duduk di kursi sebelahku, lalu tanganku merangkak menyentuh dan membelai pahanya serta perutnya yang buncit yang dibalut kain ketat. Setelah itu aku belai dan remas punggungnya hingga membuat nafsuku tak terkendali.












“Kak Ida, Daniel rasanya mau ejakulasi. Oohhhh… Enak sayang" ucapku antusias. Kemudian dia mendorongku kembali ke kursi pengemudi dan dia terus menundukkan kepalanya ke penisku yang keras dan ereksi. Aku tidak bisa melihat apa yang dia lakukan karena dilindungi oleh kepalanya yang berkerudung, namun aku bisa merasakan kenikmatan yang sulit digambarkan ketika penisku terasa hangat dan halus. Rupanya dia sedang menggosok penisku keluar masuk mulutnya. Kak Ida pun tak mau melewatkan kesempatan untuk menggosok penisku karena setelah beberapa menit digosok, belum ada tanda-tanda dia ingin berhenti. Dia terus mengerang dan suatu kali dia membenamkan penisku sedalam mungkin ke dalam mulutnya. Aku asyik menahan kelezatan yang Kak Ida berikan padaku, sementara aku merasa dia sedang menggigit dan mengunyah kepala dan batangku di mulutnya. Lidahnya terkadang meremas penisku di mulutnya membuatku semakin tidak nyaman. Air maniku semakin dekat untuk keluar, nafasku semakin gelisah. Tangan kirinya terus menerus membelai dan meremas pantatnya yang besar dan tebal. Kain satin hitam ketat yang melingkari punggungnya membuat penisku yang sedang dijepit Kak Ida mengeras dan mengencang di mulutnya. Sesampainya di tempat itu, aku terus mendekatkan tubuhku ke tubuhnya sementara mulutku menangkap bibirnya dan tanganku meraba-raba seluruh tubuhnya yang aku geram. Kak Ida membalas ciumanku dan tangannya langsung menuju resleting celanaku dan mengeluarkan penisku yang sudah keras dan meminta untuk dipuaskan. Lalu aku menyalakan mesin mobil dan menuju ke tempat itu. “Tidak sebentar” kataku mengambil hatinya. "Sudah berapa lama kamu menunggu?" dia bertanya setelah masuk ke mobilku. Sesaat kemudian aku melihat sekilas dia datang dengan pakaian yang sama dan lekuk tubuhnya membuat nafsuku tak sabar untuk terpuaskan. Kurang lebih 15 menit aku menunggu di tempat yang dijanjikan kakak Ida. Aku harap dia tidak berbohong padaku. Saya pun tidak tahu rumahnya di mana, saya hanya disuruh menunggu saja. ………………………………..
Aku terus mengiyakan mengingat setelah ini aku akan mendapatkan pahala yang lebih besar lagi. Saya baru saja menyalakan mesin mobil dan menuju ke arah yang ditunjukkan kakak Ida.









"Alah, kenapa kamu suka buang air mani Daniel? Bukankah akan lebih baik jika Daniel cum di mulutku?" daya tariknya dimanjakan. "Aku ingin memasukkan penisku ke pantatku. Aku ingin cum di pantatku." Pintaku manja. "Baiklah, tapi nanti Daniel mau ejakulasi dimana?" Tanya lagi pada Kak Ida. “Kalau mau masuk perut tidak bisa, aku bantu masturbasi lagi. Tapi sebelum itu aku ingin menggosok rambutku sampai keras.” Pintaku. "Oohh, maaf, aku tidak bisa membantumu. Bahkan jika aku mati, aku tidak bisa memberikannya padamu. Tapi jika Daniel ingin aku cum dan cum, aku bisa melakukannya. Oke, apa yang kamu ingin Daniel lakukan setelah ini?" Tanya Kak Ida. “Tidak, aku ingin tubuh adikku.” Saya bilang berani. "Apakah Daniel puas setelah itu?" Kakak Ida bertanya padaku. "Tidak pernah, aku hanya bersama Daniel, aku hanya bercinta.." ucapnya sambil mencubit pahaku. "Selain menggosok penisku, apakah ada hal lain yang aku lakukan dengan orang lain selain suamiku?" tanya saya lagi. “Bagiku, suamiku adalah yang terbaik. Dia memiliki banyak air mani. Saya dulu tidak bisa memasukkan air maninya ke dalam mulut saya." Ucapnya lagi. “Antara aku dan suamiku, mana yang terbaik?” Saya minta kepastian. “Aku selalu menghisap kemaluan suamiku, dia menyukainya. Sejak sebelum menikah, saya sudah menghisap dan menelan air mani suami saya. Awalnya saya tidak normal, biasa saja muntah-muntah, namun ketika menjadi biasa, saya menjadi raksasa. Kalau suamiku tidak meminta, aku akan melakukannya tanpa disuruh. Tak peduli di mana, kalau suamiku mau, aku akan membuatnya, meski dekat pertokoan, di mobil, dekat teater, sambil makan di rumah dan aku juga pernah membuatnya di tepi danau. Selain Daniel, aku belum pernah melakukannya dengan orang lain." Ceritanya padaku. "Bagaimana aku bisa kecanduan, aku selalu menghisap penis laki-laki?" Tanya saya lagi. Saya bertanya-tanya, apakah wanita ini pelacur atau dia benar-benar gatal? Saya bertanya lagi untuk memastikan. "Ha'ah, aku menelan semuanya. Aku ketagihan air mani" jelasnya. "Enak, kamu menelan air maniku?" tetap bertanya padaku. “Enak bukan?” dia bertanya. Lalu dia berhenti mengerang dan mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kulihat wajahnya merah dan bibirnya berlumuran cairan. Kak Ida terus menghisap penisku meski air maniku sudah habis dan aku menyemprotkannya ke mulutnya.
Akhirnya aku melepaskan air maniku sementara Kak Ida terus mengerang dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Suatu kenikmatan yang sulit saya gambarkan.



















"Aku tidak menginginkannya," ucapnya tegas. Sepertinya dia diam dan kembali duduk di kursi seperti biasa. “Baiklah, aku akan memberikannya sesuai permintaanku, tapi aku menginginkan tubuhku.” Saya mencoba membuat kesepakatan. Menurutku, dia sedang dikuasai nafsu. Dia tidak peduli dengan air liurnya yang menetes dari mulutnya dan membasahi kerudungnya, dia tidak peduli dengan anak yang ditinggalkan di rumah tetangganya, dia juga tidak peduli dengan kesenangan yang selalu dia dapatkan dari suaminya. Yang dia inginkan hanyalah mencekik penisku hingga tenggorokannya mampu menelan setiap air mani yang tergenang di mulutnya. “Daniel.. kenapa. Aku ingin menghisap milik Daniel.. Pleaseee.." pintanya manja. Lalu aku duduk kembali dan memiringkan tubuhku sehingga aku bisa menyentuh pantat ketatnya yang terbungkus kain satin. Meski aku hanya bisa mencium dan menggigit bagian samping punggungnya, hal itu membuat penisku di mulut Ida mengeras dan menegang hebat. Menyadari hal itu, kakak Ida terus memasukkan seluruh penisku ke dalam mulutnya sambil mengunyah penisku. Tingkah lakunya membuatku hampir ejakulasi. Aku segera mendorong kepalanya pelan hingga penisku keluar dari mulutnya. Sepertinya penis saya yang sedang ereksi dipenuhi lendir yang kental, hasil campuran air liur dan air liur. Selang beberapa lama aku terbuai dengan kenikmatan yang tercipta dari mulut Kak Ida, aku terbangun karena suara decitan yang berasal dari ulah Kak Ida hingga koneksiku. Kak Ida semangat sekali melahap penisku hingga terdengar suara gerakan mulutnya yang bercampur air liur maziku milikku. Aku menyandarkan tempat dudukku agar bisa melihat apa yang dilakukan Kak Ida terhadap sepupuku tanpa terhalang kepala dan cadarnya. Aku lihat Kak Ida sangat bernafsu terhadap hubunganku. Dengan hanya mata putihnya yang terlihat dan napasnya yang berfluktuasi dengan cepat, dia terlalu bernafsu untuk menyentuh penisku. Banyak sekali cairan lengket yang keluar dari celah antara bibirnya dan ke penisku, membasahi celana yang kupakai. Lalu aku membiarkan kakak Ida menggosok penisku sekali lagi. Kak Ida terus menghisap dan menghisap padahal penisku masih setengah terjaga dari tidurnya akibat kelelahan dipukul oleh mulut Kak Ida tadi. Seiring waktu, penisku menegang dan tumbuh di mulutnya. Kak Ida terus memasukkan penisku keluar masuk mulutnya. Saya senang diperlakukan seperti itu.
"Baiklah, aku akan menempatkan Daniel di pantatku. Kemarilah sayang, aku akan menelepon Daniel." Undangan Kak Ida.








Kak Ida lalu meremas tanganku yang membelai payudaranya lalu memeluk lenganku yang terjepit selangkangannya. Tangannya semakin menekan tanganku untuk mengelus dan menggosok penisnya dari luar kainnya semakin kuat. Sementara punggungnya semakin bungkuk menekan pantatnya dekat dengan sambunganku. Perlahan aku melepaskan tangannya dan kain satin itu aku geser ke atas sedikit demi sedikit. Akhirnya pantatnya yang putih dan bulat terlihat, meringkuk dengan lubangnya yang menggeliat seolah ingin diisi. Kak Ida gak pakai celana dalam, bagusnya bisa memudahkan pekerjaanku. "Jika kamu adalah istriku, aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku. Aku sayang Kak Ida" ucapku lirih. Aku mengintip wajahnya dan melihatnya menggigit bibir dengan mata tertutup. Memang dia sedang terhanyut dalam buaian cinta. Kak Ida kemudian memiringkan badannya dan keluarlah pantatnya yang besar menjadi makananku. Aku terus menundukkan kepalaku untuk mencium punggungnya yang masih terbalut kain satin hitam ketat. Tanganku terus membelai dan meremas punggungnya. Koneksiku semakin tegang. Aku segera duduk dengan tubuhku menempel di punggungnya. Aku menaruh tongkat itu tepat di tengah punggungnya dan aku menekannya dengan penuh nafsu. Tangan kirinya dengan lembut membelai payudaranya dari dalam bajunya dan merasakan putingnya semakin keras. Tangan kananku membelai pahanya dan turun ke payudaranya yang sudah basah di antara selangkangannya. "Benar sayang, aku rela melakukan segalanya hanya demi kamu. Aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku. Ayolah sayang, kakak Ida belum meniduriku." Kataku sambil memegang pinggangnya. “Apa yang dikatakan Daniel, tidak baik dikatakan seperti itu. Benarkah yang dikatakan Daniel? tanya Ida sambil mulai tersenyum. Kak Ida tampak terkejut mendengar perkataanku, lalu dia seperti memikirkan sesuatu.
"Baiklah sayang, aku akan memberikan apa yang aku minta. Tidak masalah hari ini, besok, atau kapan pun aku berjanji akan memenuhi permintaanku di mana pun aku ingin berada. Aku akan menyimpan air maniku hanya untukmu saja dan jika suamiku mengabaikanku, aku bersedia menjadi penggantinya" ucapku lembut membujuk sambil mencium pipi manjanya.







Aku sadar, Kak Ida semakin mengizinkanku untuk menonjol. Dengan lemah lembut aku mendorong dan menarik kailku agar dia tidak merasakan sakit. Saya juga merasakan gangguan pencernaan karena bukaan mulut yang sangat sempit padahal saya sudah membasahinya dengan air pelumas tadi. Saya mengabaikan permohonannya. Aku menekan penisku semakin keras hingga seluruh penisku ditelan oleh bajingannya. Aku menarik tubuhnya sehingga dia tidak bisa menghindarinya dan memainkan lidahku di telinganya. Kak Ida makin beruap, tanganku juga ikut berperan dalam belahan dadanya. Kak Ida semakin melenturkan pantatnya seolah ingin memasukkan penisku lebih dalam, namun faktanya seluruh penisku sudah masuk ke dalam lubang pantatnya. “Daniel, apa-apaan ini……. Kamu tidak boleh bermain di sana... Kumohon..." pintanya setelah menoleh ke arahku. Tetesan air mata terlihat mengalir deras di pipinya. Ketika saya merasa jari saya dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam bajingannya, saya mulai merencanakan langkah selanjutnya. Aku menggosokkan penisku pada putingnya untuk mengolesinya dengan cairan halus putingnya. Lalu tongkatku diarahkan ke bajingannya. Dengan satu dorongan aku berhasil memasukkan kepala penisku ke dalam bajingannya. Sepertinya Kak Ida kaget dengan kelakuanku. Dengan cepat dia mencoba menarik punggungnya agar penisku keluar dari lubang bajingannya namun aku lebih cepat menarik tubuhnya mendekat ke arahku membuat penisku tenggelam lebih dalam. Kulihat Kak Ida semakin gelisah. Dia semakin melengkungkan punggungnya sehingga penisku semakin dalam. Kedutannya semakin kuat dan lama. Sesaat kemudian, dia mulai menjerit kecil saat ototnya mengejang. Saya merasakan lubangnya semakin halus dan berair. Kali ini semakin banyak. Aku tidak tahan untuk menyemprotkan air maniku. Aku segera mengeluarkan tongkatku dan meninggalkannya di luar sebentar untuk meredakan nafsuku agar aku tidak terlalu cepat ejakulasi. Saat itu tanganku terus menerus memainkan klitorisnya yang membuatku kembali tegang dan keras saat aku membasahi bajingannya dengan air sippy Kak Ida. Tanpa membuang waktu, perlahan aku memasukkan batangku ke dalam lubang kenikmatan mulusnya. Tidak sulit, karena dua anak laki-laki keluar dari lubang. Kehalusan dan kesemutan cipap Kak Ida hampir membuatku ejakulasi. Tapi aku berusaha bertahan sekuat tenaga. Saat aku sudah tenang, aku terus mendorong dan menarik penisku keluar masuk.
"Ohhh Daniel...enak sayang.." ucapnya antusias.
Sepertinya Kak Ida mengijinkanku berhubungan badan dengannya, mungkin karena terdorong oleh nafsu, sikapnya yang tidak mau memberikanku tubuhnya yang meleleh sama sekali. Lalu kami berpelukan sembari mulut kami kembali menyatu, melepaskan rasa gejolak yang mendalam di hati masing-masing. "Daniel, pantatku sakit." Ucapnya sambil tersenyum padaku. Dia terdiam beberapa saat, lalu dia mengatur tempat duduknya dan kini dia menghadapku di kursi. Aku menyeka air matanya dengan jariku. Aku tersenyum padanya dan mencium keningnya. Tiba-tiba dia mencubit pahaku dengan keras. "Bagaimanapun aku membiarkan perbuatan Daniel, aku merasa tak bisa menyalahkan Daniel, lagipula Daniel melakukan itu karena cinta Daniel padaku," sambungku. "Kak, katakan padaku aku sudah berjanji padamu. Apakah kamu lupa apa yang aku katakan tadi?" kataku. "Sampai hati Daniel melakukan ini padaku, sudah kubilang padamu, aku tidak akan memberikan tubuhku pada Daniel. Tapi sekarang, lubang pantat Daniel pun jelek. Daniel menipuku… isk isk isk…” ucapnya sambil menangis. “Kak, kenapa kamu marah sayang?” tanyaku. Setelah air maniku habis aku muncratkan ke dalam lubang pantat Kak Ida, kukeluarkan penisku dan kulap dengan kain yang dipakai Kak Ida. Kulihat kakak Ida duduk membelakangiku menghadap ke luar jendela. Lalu aku mendengar suara tangis dan isak tangis darinya. Aku memeluknya dari belakang dan membelai lengan manjanya. "Oohhhh Kak Ida sayang, enaknya punya pantat besar...." Ucapku sambil merinding karena kenikmatan yang kuidamkan. Kak Ida hanya merengek dan tidak menghiraukan peringatanku tadi. Klimaks saya telah tiba. Akhirnya aku menyemprotkan spermaku ke lubang pantat Ida. Saya menekan secara mendalam untuk menyajikan kesenangan. “Kak Ida sayang, aku ingin ejakulasi.. aku ejakulasi di dalam dirimu…” ucapku lirih seolah berbisik di telinganya. Posenya yang sangat seru membuatku ingin ejakulasi lagi. Ini adalah kesempatan yang Anda tunggu-tunggu. Lalu aku memeluknya dan mencium lehernya yang terbungkus kerudung kusut. Aku menekan koneksiku lebih dalam. “Oohhh…. Danielll… oohhhh……” rengeknya.
Saya kemudian menyematkan seluruh koneksi saya ke jubor. Kemudian aku meminta adik Ida untuk berbaring dengan mengaitkan pada sandaran kepala dan menurunkan punggungnya sesuai kenyamanannya dan tanpa aku mengeluarkan batangku dari lubang kepalanya. Posenya kali ini benar-benar membuatku senang. Lubang bajingannya semakin lebar dan ini memudahkan penisku untuk keluar masuk. Aku terus menyodorkan adik Ida dan dia mengerang antara kesakitan dan kenikmatan.














Lalu kami berciuman untuk terakhir kalinya sebelum dia keluar dari mobil dan berjalan menuju rumahnya. Sesekali dia menoleh ke arahku sambil melontarkan senyuman penuh arti ke arahku. Satu hati sudah dalam genggaman. "Ya." Ucapku lalu memberikan nomor ponselku dan dia pun memberikan nomor ponselnya kepadaku.
"Daniel, bolehkah aku minta nomor ponsel Daniel?" tanyanya manja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini