Makan janda segar di samping rumah


Kisah ini terjadi 2 minggu setelah tetangga sebelah saya meninggal. Dia meninggalkan istrinya, yang berusia akhir 30-an. Sedih sekali, tetangga saya bisa dibilang masih muda.
Karena tetangga sebelah, saya dan istri banyak membantunya. Saya sedang WFH, jadi di pagi hari saya pergi sarapan untuk keluarga saya dan dia sekali. Istri saya membeli makan malam ketika dia pulang kerja.
Minggu pertama, istri tetangga saya memang terlihat sedih, tertekan, namun saat memasuki minggu kedua, kesedihannya berkurang dan sepertinya sudah bisa sedikit beraktivitas.
Suatu ketika, saat saya sedang WFH, istri tetangga punya WhatsApp yang minta tolong. Dia mengatakan kepada saya bahwa pipa di rumahnya tersumbat dan dia membutuhkan bantuan saya. Saya pergi ke rumahnya. Begitu saya memasuki rumah, saya bisa mencium aroma parfum. Janda ini, rambutnya disisir rapi dan disanggul, dia memakai baju kebaya ketat dengan kerah V dalam yang memperlihatkan dadanya, kainnya pas memperlihatkan outline punggungnya dan ada belahan di kirinya. samping. Dia dihiasi dengan emas dari tangan sampai lehernya. Senang rasanya dikatakan harum, indah dan menggoda.
Saya pergi untuk memeriksa pipa yang tersumbat. Dalam beberapa menit memompa, saya berhasil membuka sumbatan pipa rumahnya. Janda tetangga saya sangat berterima kasih kepada saya dan menyajikan teh untuk saya. Aku menerima ajakan janda tetanggaku dan minum sambil memperhatikan gerak-geriknya di dapur.
Celah kainnya membuatku melihat pahanya yang ramping dan kuning, sosok punggungnya saat dia bekerja di dapur terpatri di benakku. Batang celanaku mulai menggeliat saat melihat tubuh sijanda. Perlahan aku bangkit dan menghampiri janda yang masih sibuk di dapur.
Aku memeluknya dari belakang, tanganku melingkari pinggulnya. Pelukanku tak ditolak, malah janda itu menyandarkan tubuhnya padaku, memberi ijin padaku untuk melanjutkan rencanaku. Aku terus mencium leher janda itu, aroma lehernya benar-benar menggugah nafsuku.
Dari beberapa kecupan di leher hingga jilatan, aku mulai menjilat leher janda itu dari samping hingga dekat belakang telinganya. "Selera" janda ini enak banget buatku. Aku menggigit daun telinga janda itu perlahan. Tidak ada keberatan langsung, namun janda itu mengeluh dengan tindakan saya.
Aku membalikkan tubuh janda itu, wajahnya bertabrakan dengan wajahku. Matanya lelah meminta perhatian, bibirnya yang merah dan tebal mengundangku. Saya memeluk janda itu erat-erat dan memberinya banyak french ciuman.
Setelah beberapa menit berciuman, janda tetanggaku membawaku ke kamarnya. Tempat tidur yang dulunya menjadi tempat peristirahatan suaminya dan kini menjadi tempat bermainku bersama janda tetanggaku. Kami pun puas berpelukan dan berciuman di ranjang sambil saling melepas pakaian.
Tongkatku yang sudah lama tegang terus ditusukkan ke dalam mulutnya. Janda tetanggaku mengendarai penisku dengan rakus. Sambil berkendara, saya meraba-raba dan menggelitik puting janda itu. Ekspresi sang janda saat menaiki joran membuatku hampir mencapai klimaks. Janda itu mengerang memanggilku “saudara” dan “cinta”.
Sobat Fitrah, setelah hampir 15 menit ditunggangi, aku tak tahan lagi dan terus muncrat ke vagina janda itu. Aku bisa merasakan denyut nadi batangku menyemburkan air mani ke putingnya yang kencang dan hangat. Setelah kepuasan ejakulasi, janda itu menyandarkan tubuhnya di atas tubuhku, kelelahan. Matanya menatap mataku, dan janda itu memberiku senyuman manja. Saya tahu ini telah menjadi rahasia bagi kami berdua dalam hidup kami.
Sejak saat itu, saya tidak WFH lagi di rumah saya, melainkan di rumah janda tersebut. Satu jam kemudian istriku keluar dari pekerjaannya, aku akan pergi ke rumah janda itu dan melayaninya di sana. Dia membelikan teh kental dan pil biru untuk membuatku menjalani lebih dari dua putaran. Bisa dibilang saya melayaninya penuh waktu dan hanya bekerja paruh waktu. Mulutku sudah mulai berbau seperti mulut janda karena aku sering menciumnya. Begitulah kisahku dengan janda tetangga


Komentar

Postingan populer dari blog ini